Konsepsi Kepemimpinan Pendidikan Agama Islam

Konsepsi Kepemimpinan Pendidikan Agama Islam - Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan agar kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran. Kepala madrasah merupakan pimpinan puncak di lembaga pendidikan yang dikelolanya, karena seluruh pelaksanaan program pendidikan di tiap-tiap madrasah dapat dilaksanakan atau tidak, tercapai atau tidak tujuan pendidikannya maka sangat tergantung kepada kecakapan dan keberanian kepala madrasah selaku pimpinan.

Kepala madrasah sebagai pengelola sekaligus sebagai pendidik, memiliki tugas mengembangkan kinerja personelnya, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru, kompetensi profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi tersebut.

Dalam menjalankan organisasi madrasah seorang pemimpin harus mampu mengemudikan dan menjalankan organisasinya Keberadaan madrasah sebagai organisasi pendidikan akan berpengaruh terhadap keefektifan model kepemimpinan kepala madrasah yang diterapkan. Karena madrasah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena madrasah sebagai organisasi terdapat berbagai dimensi, bersifat unik karena madrasah memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Oleh karena madrasah yang sifatnya kompleks dan unik itulah, maka madrasah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi, sehingga keberhasilan madrasah adalah keberhasilan kepemimpinan kepala madrasah.

Pentingnya kepemimpinan dalam dunia pendidikan diantaranya untuk membimbing suatu kelompok sehingga tercapailah tujuan bersama dari kelompok tersebut. Kepemimpinan merupakan sejumlah aksi atau proses seseorang atau lebih dalam menggunakan pengaruh, wewenang, dan kekuasaannya terhadap orang lain, yaitu seluruh komponen dalam lembaga pendidikan yang dipimpinnya untuk menggerakkan sistem sosial guna mencapai tujuan sistem sosial yang baik dalam lembaga pendidikan tersebut.

Kepemimpinan Pendidikan Agama Islam merupakan konsep yang penting dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Kepemimpinan dalam pendidikan Islam tidak hanya melibatkan pemimpin lembaga pendidikan, tetapi juga melibatkan guru dan staf yang berperan dalam membangun lingkungan pendidikan yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Definisi kepemimpinan pendidikan Islam adalah proses pengarahan, pengorganisasian, dan pengendalian dalam pengembangan pendidikan Islam yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Salah satu ciri-ciri kepemimpinan pendidikan Islam yang efektif adalah memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai Islam. Seorang pemimpin pendidikan Islam harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam dan mampu menerapkannya dalam lingkungan pendidikan. Selain itu, seorang pemimpin pendidikan Islam juga harus memiliki visi yang jelas dan terarah dalam mengembangkan institusi pendidikan Islam yang berkualitas. Visi ini harus dapat menginspirasi seluruh anggota lembaga pendidikan Islam untuk bekerja sama mencapai tujuan yang sama.

Peran kepemimpinan pendidikan Islam dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia sangat penting. Selain membangun institusi pendidikan Islam yang baik, pemimpin pendidikan Islam juga harus mampu meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Indonesia serta memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan. Tantangan dalam kepemimpinan pendidikan Islam juga harus dihadapi dengan strategi yang tepat, seperti meningkatkan kompetensi dan kualifikasi para pemimpin pendidikan Islam serta memperkuat dukungan dan sumber daya untuk pendidikan Islam.

A. Makna dan Hakikat Kepemimpinan Pendidikan Agama Islam

1. Makna kepemimpinan pendidikan

Menjadi seorang pemimpin dalam lembaga pendidikan Islam memanglah tidak mudah, selain harus memahami betul siapa dirinya dan siapa yang dipimpinnya, seorang pemimpin harus mengetahui fungsinya sebagai pemimpin, mengerti situasi dan kondisi yang sedang terjadi, berusaha dengan sungguh-sungguh, bekerjasama, memberikan penghargaan terhadap bawahan yang memiliki kinerja tinggi, tetap fokus pada tujuan yang akan dicapai. Semua dinamika dalam organisasi ini akan tetap dalam koridor kendali seorang pemimpin, jika pemimpin mampu memposisikan dirinya sebagai pemimpin, kapanpun dan di manapun. (Julia Sari, 2019)

Berbicara kepemimpinan pendidikan didasarkan pada pemikiran para ahli yang telah berupaya memberikan pemahaman kepemimpinan, diantaranya Ralp M. Stogill, Sondang P Siagian dan Fred E. Fiedler. Pertama; Ralp M. Stogill berpendapat bahwa kepemimpinan adalah peroses mempengaruhi kegiatankegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentu dan pencapaian tujuan. Kedua; Sondang P Siagian berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan motor atau daya penggerak dari pada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Dan ketiga; Fred E. Fiedler yang menyatakan bahwa kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan dan pengorganisasian yang relevan dan kegiatan-kegiatan.  Ada hubungan antara manajemen dengan kepemimpinan Sondang P. Siagian menegaskan bahwa inti manajemen ialah kepemimpinan. Dengan pengertian lain, manajemen lebih luas daripada kepemimpinan, atau kepemimpinan berada dalam lingkup manajemen.

Jika beberapa pengertian pemimipin tersebut diterapkan diterapkan dalam organisasi lembaga pendidikan, kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai usaha untuk mengerakan orang-orang yang ada dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. 

Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. 

Dalam bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai al-riayah, al-imarah, al-qiyadah, atau al-zaamah. Sementara itu, untuk meyebut istialah kepemimpinan pendidikan, para ahli lebih memilih istilah qiyadah tarbawiyah. Dalam Islam, kepemimpinan begitu penting. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dari Abu Said dari Hurairah bahwa keduanya berkata, Rasulullah bersabda, “Apabila tiga orang keluar berpergian, hendaklah mereka menjadikan salah satu sebagai pemimpin.” (HR. Abu Dawud). 

2. Hakikat Kepemimpinan dalam Organisasi Lembaga Pendidikan Islam

Salah satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam adalah kepala madrasah. Kepala madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan karena ia merupakan pemimpin dilembaganya. Dalam hal pengangkatan seorang pemimpin dalam lembaga pendidikan, Al- Ghazali mengatakan bahwa pengangkatan seorang imam (pemimpin) merupakan kewajiban syar’i bukan kewajiban aqli. Ini mengartikan bahwa pemimpin dalam pendidikan Islam adalah wajib berdasarkan syariat yang meniscayakan adanya suatu pemimpin dalam suatu organisasi. Bahkan, Al-Ghazali mengatakan bahwa pengangkatan seorang pemimpin adalah perkara yang urgent (daruri) untuk memelihara Islam. Dalam hal pendidikan Islam, penting sekali untuk adanya pemimpin dalam pemeliharaan pendidikan Islam agar dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan. (Takwil, 2020)

Mulyasa menyatakan, kegagalan dan keberhasilan madrasah banyak ditentukan oleh kepala madrasah karena mereka merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh madrasah menuju tujuannya. Madrasah yang efektif, bermutu, dan favorit tidak lepas dari peran kepala madrasahnya. Maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Kepala madrasah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan madrasah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya. 

Secara garis besar kualitas dan kompetensi kepala madrasah dapat dinilai dari kinerjanya dalam mengaktualisasikan fungsi dan perannya sebagai kepala madrasah salah satunya adalah sebagai pemimpin di madrasah. Kepala madrasah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pegawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala madrasah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi madrasah, kemampuan mengambil keputusan dan kemempuan berkomunikasi. Kepribadian kepala madrasah sebagai leader tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko, dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, teladan.

Maka dari itu, fungsi kepemimpinan pendidikan diantaranya sebagai berikut:

1. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan penuh rasa kebebasan,

2. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan memjelaskan tujuan,

3. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana yang paling efektif dan efisien,

4. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok, dan

5. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi. 

B. Kepala Madrasah/Madrasah sebagai Pemimpin Pendidikan Islam

Kepala madrasah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin madrasah tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran.  Artinya, kepala madrasah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala madrasah) dimadrasah. 

Kepemimpinan pendidikan pada hakikatnya adalah aktor yang bertanggungjawab terhadap sebuah rencana yang kemudian di diaplikasikan dalam suatu organisasi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ach. Muhyi, dalam (Luthfita, 2016), dimana pemimpin dan kepemimpinan yang baik itu dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sebagai penanggungjawab, pengatur, pengarah aktivitas organisasi untuk mencapai suatu tujuan.

b. Penanggung jawab dan pembuat kebijakan-kebijakan organisasi.

c. Pemersatu dan memotivasi para bawahannya dalam melaksanakan aktivitas organisasi.

d. Pelopor dalam menjalankan aktivitas manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan serta pengelolaan sumber daya yang ada.

e. Sebagai pelopor dalam memajukan organisasi dan lain-lain.

Sebagaimana oleh Nawawi, dalam (Luthfita, 2016), ditegaskan bahwa “setiap dan semua organisasi apapun jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang pemimpin yang harus menjalankan kepemimpinan (leadership) dan manajemen (management) bagi keseluruhan organisasi sebagai satu kesatuan.” Oleh karenanya kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan madrasah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan putra-putranya.

Makna kepemimpinan Pendidikan Agama Islam adalah seorang pemimpin sebagai individu yang bertanggung jawab di lembaga pendidikan agama Islam, mempunyai kewajiban untuk berusaha agar semua potensi yang ada di lembaganya dapat di manfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, kepemimpinan pendidikan agama Islam yang bermutu menjadi salah faktor penting yang dapat mendorong, memobilitasi, menggerakkan, mengorganisir, dan memanfaatkan sumber daya lembaga pendidikan agama Islam yang ada dilembaganya untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran lembaga pendidikan agama Islam. Islam telah mememberikan landasan bahwa kepemimpinan sangatlah penting dalam kehidupan. Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan dan dapat mempengaruhi orang lain dan seorang pemimpin harus mamapu membuat perubahan yang baik. Untuk hal itu, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat sebagai 30 berikut:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya:

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah)  di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 30)

Manusia yang berjiwa pemimpin akan dapat mengelola diri, kelompok, lingkungan dan peka terhadap informasi. Khususnya dalam sistem pendidikan, seorang pemimpin memiliki peran karena pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi prilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Menurut Stoner semakin banyak jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin akan makin besar potensi kepemimpinan yang efektif. 

Secara definitif, kepemimpinan memiliki berbagai perbedaan pada berbagai hal, namun demikian yang pasti ada dari definisi kepemimpinan adalah adanya suatu proses dalam kepemimpinan untuk memberikan pengaruh secara sosial kepada orang lain, sehingga orang lain tersebut menjalankan suatu proses sebagaimana diinginkan oleh pimpinan. Namun demikian, walaupun dari definisi kepmimpinan tersebut bertitik tolak dari pemberian pengaruh kepada orang lain untuk melaksanakan apa yang dikendaki pemimpin untuk menuju suatu tujuan secara efektif dan efisien, namun ternyata proses mempengaruhinya dilakukan secara berbeda-beda. Proses pelaksanaan kegiatan mempengaruhi yang berbeda- beda inilah yang kemudian menghasilkan tingkatan-tingkatan kepemimpinan. 

C. Sifat-sifat Kepemimpinan Pendidikan Agama Islam

1. Sifat-sifat Individu Kepemimpinan

Ordway Tead dalam (Engkoswara, 2012), berpendapat bahwa peranan pemimpin akan berhasil apabila memilki 10 sifat kepemimpinan sebagai berikut: 

1) Energi jasmiah dan mental; Ia memiliki kekuatan fisik yang tangguh dan mentalitas baja yang tak pernah menyerah dalam menjalankan kepemimpinannya.

2) Kesadaran akan tujuan dan arah; Ia menyadari betul memelihara tujuan dan mengupayakan keberhasilan.

3) Antusiasme; Ia memilki keyakinan dalam usahanya sehingga bekerja dengan optimisme yang tinggi.

4) Keramahan dan kecintaan; Sikap ramah yang menguntungkan pemimpin adalah keramahan yang tulus diikuti dengan penuh kasih sayang kepada sesama.

5) Integritas; Pemimpin yang memilki integritas adalah seorang yang memilki kepribadian utuh yang dapat dijadikan teladan.

6) Penguasaan teknis; Penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian dalam bidangnya membuat bawahan percaya dan ini menimbulkan kewibawaan.

7) Ketegasan dalam mengambil keputusan; Saat mengambil keputusan pemimpin harus tegas dalam memutuskan persoalan dengan didasari prosedur yang benar dan pelaksanaan yang konsisten.

8) Kecerdasan; Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin yang mampu berfikir rasional dan menggunakan hati dalam melaksanakan kepemimpinannya.

9) Keterampilan mengajar; Ia harus mampu mendidik, melatih, dan membimbing anggota secara emphatik.

10) Kepercayaan (faith); Pemimpin yang dipercaya akan disenangi dan dengan penuh kerelaan anggota akan mengikuti semua perintah.

2. Sifat-sifat kondusif yang harus dimiliki oleh pemimpin

Pada hakikatnya, sifat kepemimpinan sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an meliputi: (1) amanah yang memiliki sifat kejujuran dan dapat dipercaya, (2) adil sebagai sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin yang tidak membeda-bedakan antar sesama. (3) musyawarah dengan menerima pendapat anggota atau bawahan dan tidak otoriter. (4) Amr ma’ruf nahi mungkar dengan melakukan perbuatan yang baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. (Fahmi & Iskandar, 2020)

Mujamil Qomar dalam (Ushansyah, 2016), menyebutkan bahwa iri-ciri dari seorang pemimpin dalam kepemimpinan  pendidikan Islam antara lain:

1. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaga atau organisasinya.

2. Memfungsikan keistimewaannya yang lebih di banding orang lain (QS. al-Baqarah: 247).

3. Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya (QS.Ibrahim: 4)

4. Mempunyai kharisma atau wibawa di hadapan manusia atau orang lain (QS. Huud: 91).

5. Bermuamalah dengan lembut dan kasih sayang terhadap bawahannya, agar orang lain simpatik kepadanya (QS. Ali Imran: 159).

6. Bermusyawarah dengan para pengikut serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka (QS. Ali Imran: 159).

7. Mempunyai power dan pengaruh yang dapat memerintah serta mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan control pengawasan atas pekerjaan anggota, meluruskan kekeliruan, serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencengah kemungkaran (QS al-Hajj: 41).

8. Bersedia mendengar nasehat dan tidak sombong, karena nasehat dari orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh (QS. al-Baqarah: 206). 

Peran dan Fungsi Kepala Madrasah/Madrasah sebagai Pemimpin Pendidikan Agama Islam

A. Peran Kepala Madrasah/Madrasah sebagai Pemimpin Pendidikan Agama Islam

Kepala madrasah, sebagai pemimpin lembaga pendidikan Islam, selain memimpin penyelenggaran pendidikan di madrasahnya, juga melaksanakan sejumlah peran/fungsi kepala madrasah melaksanakan tugas yang banyak dan kompleks: 

a. Dalam perannya sebagai pendidik, kepala madrasah bertugas membimbing guru, karyawan, siswa mengembangkan staf, mengukuti perkembangan iptek dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran.

b. Dalam penerapannya sebagai manajer, kepala madrasah bertugas menyusun program, menyusun pengorganisasian madrasah, menggerakan staf, mengoptimalkan sumber daya madrasah dan mengendalikan kegiatan.

c. Sebagai administator kepala madrasah bertugas, mengelolah administrasi, KBM dan BK, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, persuratan dan urusan rumah tangga madrasah.

d. Sebagai supervisor kepala madrasah bertugas menyusun program supervisi pendidikan, memanfaatkan hasil supervisi.

e. Sebagai pemimpin kepala madrasah bertugas menyusun dan mensosialisasikan visi dan misi suatu proggram madrasah, mengambil keputusan, melakukan komunikasi.

f. Sebagai pembaru kepala madrasah bertugas mencuri dan melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru, staf dan orang tua untuk memahami dan memberikan dukungan terhadap pembaharuan yang ditawarkan.

g. Sebagai pembangkit minat kepala madrasah betugas menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman.

Disinilah kepala madrasah memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan sebuah lembaga pendidikan Islam, oleh sebab itu untuk menjadi seorang kepala Madrasah/Madrasah yang sukses harus mempunyai semangat untuk memiliki kinerja yang tinggi untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan diri serta mampu memahamai tugas dan fungsinya dari setiap unsur madrasah agar setiap potensinya dapat tersalurkan secara proposional.

B. Peran Utama Kepala Madrasah/Madrasah sebagai pemimpin Pendidikan Islam

Jabatan kepala madrasah diduduki oleh orang yang menyandang profesi guru. Kepala madrasah memiliki fungsi yang berdimensi luas. Kepala madrasah dapat memerankan banyak fungsi. Di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional (yang sekarang berganti nama menjadi Kementerian Pendidikan Nasional, Kemendiknas) telah cukup lama dikembangkan paradigma baru administrasi atau manajemen pendidikan, di mana kepala madrasah minimal harus mampu berfungsi sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. 

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, 2006 dalam (Agustinus Hermino, 2016), terdapat tujuh peran utama kepala madrasah yaitu, sebagai; educator (pendidik); manajer; administrator; supervisor (penyedia); leader (pemimpin); pencipta iklim kerja; dan wirausahawan. Peran utama kepala madrasah itulah, diharapkan dengan sendirinya dapat mengelola lembaga pendidikan kearah perkembangan yang lebih maju dan dapat menjanjikan masa depan para pengguna. 

Jika merujuk pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang standar Kepala Madrasah/Madrasah, kepala madrasah juga harus berjiwa wirausaha atau entrepreneur. Atas dasar itu, dalam kerangka menjalankan fungsinya, kepala Madrasah/Madrasah harus memerankan diri dalam tatanan perilaku yang berjumlah tujuh fungsi tersebut. Dimana tujuh fungsi kepala Madrasah/Madrasah Mulyasa, dalam (Putra, 2014), mengistilahkan EMASLIM (educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator), dijelaskan sebagai berikut:

1) Educator

Educator, yaitu kepala madrasah sebagai pendidik, jabatan kepala madrasah adalah tugas tambahan yang bersifat sementara yang berfungsi sebagai pengendali sistem madrasah secara keseluruhan. Kepala madrasah sebagai pendidik (Edukator) Sebagai pendidik, kepala madrasah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru, menggerakkan kegiatan belajar menajar yang merupakan intu dari proses pendidikan, memiliki strategi yang tepatuntuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan dimadrasahnya.

2) Manager

Manager, yaitu kepala madrasah sebagai seorang pengelola semua sumber daya madrasah untuk dapat berjalan efektif dan efisien mencapai tujuan madrasah. Kepala madrasah sebagai pelaksana administrasi (Administrator) sekaligus pengelola (Manajer) di madrasah, kepala madrasah dituntut untuk mampu menerapkan kurikulum dengan baik, mengelola sarana dan prasarana agar mampu mendayagunakan sumber daya madrasah dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

3) Administrator

Administrator, yaitu kepala madrasah sebagai penggerak seluruh elemen madrasah untuk bekerja secara individu maupun kelompok dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditentukan. Kepala madrasah sebagai pelaksana administrasi (Administrator) sekaligus pengelola (Manajer) di madrasah, kepala madrasah dituntut untuk mampu menerapkan kurikulum dengan baik, mengelola sarana dan prasarana agar mampu mendayagunakan sumber daya madrasah dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.

4) Supervisor

Supervisor, yaitu kepala madrasah sebagai sosok yang terus memantau dan mengembangkan potensi setiap unsur organisasi madrasah dengan rencana dan ukuran yang jelas. Kepala madrasah sebagai pengawas (Supervisor) memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan serta pengajaran yang berupa perbaikan program dan kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif.

5) Leader

Leader, yaitu kepala madrasah sebagai seorang pimpinan yang terus melakukan yang baik sehingga menjadi tauladan yang ditiru bawahannya. Kepala madrasah sebagai pemimpin (Leader) dengan menjadi pemimpin yang mampu membangun dan menjalin komunikasi yang harmonis kepada stakeholders madrasah sehingga mendapatkan ide dan gagasan baru untuk memajukan madrasah yang lebih baik.

6) Inovator

Inovator, yaitu kepala madrasah sebagai motor yang menggerakkan perubahan dan melakukan inovasi guna memperbaiki situasi saat ini menjadi situasi yang lebih baik dimasa mendatang. Kepala madrasah sebagai pembaharu (Innovator) dengan menjadi pemimpin yang mampu membangun dan menjalin komunikasi yang harmonis kepada stakeholders madrasah sehingga mendapatkan ide dan gagasan baru untuk memajukan madrasah yang lebih baik.

7) Motivator

Motivator, yaitu kepala madrasah sebagai sosok yang mampu menggerakkan dan mendorong setiap bawahan untuk bekerja secara optimal mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Tugas dan fungsi kepala madrasah sebagai pemberi motivasi (Motivator) terutama Kepada pendidik dalam menjalankan tugasnya serta dalam mengembangkan innovasi yang telah kepala madrasah berikan. Bentuk motivasi yang kepala madrasah berikan sangat beragam, baik berupa materi maupun diklat dan pelatihan yang menunjang kinerja pendidik.

C. Fungsi Pokok Kepemimpinan Pendidikan

Dalam kehidupan organisasi, fungsi kepemimpinan pendidkan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Menurut James F. Stoner, agar kelompok dapat beroperasi secara efektif, seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok yaitu: 

1. Task Related/Problem Solving Function, dalam fungsi ini pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan informasi dan pendapat;

2. Group Maintenance funcion/Social Funcion, dalam fungsi ini pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya melerai kelompok yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi kelompok. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang mampu menampilkan kedua fungsi tersebut dengan jelas.

Senada dengan Leslie, fungsi-fungsi manajemen menurut Henry Fayol seperti yang dikutip Hani Handoko menyebutkan bahwa fungsi-fungsi manajemen terdiri dari lima aspek, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, dan pengawasan, dalam (Rohmat, 1970), tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan, mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan sebagainya agar para bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi, hanya dapat dilaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Diantara fungsi kepemimpinan antara lain:

a. Fungsi Perencanaan

Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat-manfaat tersebut antara lain :

1) Perencanaan merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk memutuskan apa yang akan dilakukan;

2) Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai keputusan-keputusan yang berdasarkan atas fakta-fakta yang diketahui;

3) Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi dua hal, yaitu:

(a) Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus;

(b) Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur-prosedur yang diperlukan.

b. Fungsi memandang ke depan

Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung terus menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.

c. Fungsi pengembangan loyalitas

Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari-hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

d. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan-hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang telah ditetapkan dalam rencana.

e. Fungsi mengambil keputusan

Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.

f. Fungsi memberi motivasi

Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.

D. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Kepemimpinan dalam Perspektif Islam

1. Tugas Kepemimpimpinan Pendidikan

Tugas seorang pemimpin adalah menggerakkan dan mengarahkan, menuntun, memberi motivasi serta mendorong orang yang dipimpin untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Nawawi dalam (Hermi Elvira, 2017), mengatakan kepemimpinan pada dasarnya berarti kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakantindakan yang terarah pada pencapaian tujuan.  Sedangkan tugas dan tanggungjawab yang dipimpin adalah mengambil peran aktif dalam mensukseskan pekerjaan yang dibebankannya tanpa adanya kesatuan komando yang didasarkan atas satu perencanaan dan kebijakan yang jelas, maka rasanya sulit diharapkan tujuan yang telah ditetapkan akan tercapai dengan baik. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah kekacauan dalam pekerjaan.Inilah arti penting komitmen dan kesadaran bersama untuk mentaati pemimpin dan peraturan yang telah ditetapkan.

Menurut Dede Rosyada (2002:292-293) tugas kepala madrasah yaitu: 

a. Melakukan kerjasama yang baik dengan guru dalam penetapan kurikulum dan proses pembelajaran.

b. Mendorong semua guru untuk melakukan yang terbaik dalam bidang dan kewenangannya.

c. Mendorong guru agar terus melakukan perbaikan dalam pelaksanaan tugasnya.

d. Melakukan peningkatan skill dan profesionalisme guru dalam memberikan berbagai pelatihan dan pendidikan.

e. Menyediakan sumber-sumber belajar, alat serta berbagai fasilitas belajar yang dapat mendukung peningkatan kualitas guru.

g. Meningkatkan iklim kerja yang simulative dan sesuai dengan berbagai kebutuhan dan kemajuan madrasah.

h. Memberikan pelayanan dengan mudah bagi para guru, mudah diakses dan dapat memberikan berbagai jalan keluar dalam berbagai persoalan yang dihadapi guru dalam kelasnya.

i. Memberikan kepercayaan yang penuh kepada guru untuk mengembangkan kualitas dalm batas kewenangan dan harus berusaha mengusahaka berbagai fasilitas untuk mendukung kreatifitas guru.

j. Memberdayakan guru dan stafnya.

Di samping itu, kepala Madrasah/Madrasah harus berusaha keras menggerakan para bawahannya untuk berubah, setidaknya mendukung perubahan yang dirintis kepala madrasah secara proaktif, dinamis, bahkan progresif. Sistem kerja para bawahan lebih kondusif, kinerja mereka dirangsang supaya meningkat, disiplin mereka dibangkitkan, sikap kerja sama mereka lebih dibudayakan, dan suasana harmonis di antara mereka perlu diciptakan. Perubahan kondisi ini sebagai syarat untuk mendukung perubahan- perubahan madrasah yang lebih besar secara signifikan.

Dari sembilan tugas kepala madrasah tersebut haruslah dilaksanakan dengan baik agar tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Kunci keberhasilan suatu madrasah pada hakekatnya terletak pada efektif dan efisien kepala madrasah. Oleh karena itu diperlukan kepemimpinan kepala madrasah yang profesional dalam melaksanakan tugasnya.

2. Wewenang dan Tanggungjawab Kepemimpinan Pendidikan Islam

Kepemimpinan yang juga merupakan seni dalam mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan, memerlukan tanggung jawab orang yang berfungsi sebagai pemimpin. Menurut Hidjirachman Ranupandojo et., al., dengan mengutip pendapat Robert C. Miljus dalam buku “Effective Leadership and the motivation of Human Resources” dalam (Khairuzzaman, 2016) (Sri Praptono: 2016), menyatakan bahwa tanggung jawab para pemimpin adalah sebagai berikut: 

a. Menentukan tujuan pelaksanaan kerja realitas (dalam artian kuantitas, kualitas, keamanan dan sebagainya)

b. Melengkapai para karyawan dengan sumber-sumber dana yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

c. Mengkomunikasikan pada karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka.

d. Memberikan susunan hadiah yang sepadan untuk mendorong prestasi.

e. Mendelegasikan wewenang apabila diperlukan dan mengundang partisipasi apabila memungkunkan.

f. Menghilangkan hambatan untuk pelaksanaan pekerjaan yang efektif.

g. Menilai pelaksanaan pekerjaan yang menkomunikasikan hasilnya.

h. Menunjukan perhatian pada karyawan.

Dalam pandangan Islam, kepemimpinan merupakan amanah dan tanggungjawab yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggota yang dipimpinya, tetapi juga akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt. Jadi, pertanggungjawaban kepemimpinan dalam Islam tidak hanya bersifat horizontal-formal sesama manusia, tetapi bersifat vertical-moral, yakni tanggungjawab kepada Allah Swt di akhirat nanti. Seorang pemimpin akan dianggap lolos dari tanggungjawab formal dihadapan orang-orang yang dipimpinnya, tetapi belum tentu lolos ketika ia bertanggungjawab dihadapan Allah Swt. Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. Allah Swt berfirman: 

وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ ۙ وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَوٰتِهِمْ يُحَافِظُوْنَ ۘ

Artinya:

“(Sungguh beruntung pula) orang-orang yang memelihara amanat dan janji mereka. Orang-orang yang memelihara salat mereka.” (Q.S. Al-Mu’minun: 8-9)

Dalam hal ini seorang pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya atas segala kepemimpinannnya dalam islam. Rasululah saw. bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ. فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ، وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.

Artinya:

“Abdullah bin Umar r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala negara) adalah pemimpin manusia secara umum, akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin didalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan diminta pertanggungjawaban atasnya”. (H.R. Bukhari: 4789) 

Dari hadist tersebut, dapat difahami bahwa substansi kepemimpinan adalah bentuk-bentuk konkret dari jiwa pemimpin. Salah satu bentuk konkret itu adalah sifat terampil dan wibawa serta cerdas mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan tugas-tugas yang merupakan cita-cita dan tujuan yang diraih oleh pemimpin. Pemimpin di lembaga pendidikan Islam memiliki tanggung jawab besar, karena peran mereka seperti kemampuan untuk membuat keputusan dan keterampilan dalam membuat ide-ide baru sebagai tuntutan masyarakat. Menjadi pemimpin di lembaga pendidikan Islam tidak hanya dituntut menguasai berbagai teori kepemimpinan, tetapi juga harus bisa menerapkannya di lembaga itu. Beberapa prinsip yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya di sebuah lembaga pendidikan Islam harus bergantung pada hal-hal yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. Prinsip kepemimpinan dalam Islam yaitu kepercayaan, adil, musyawarah, dan amar ma‘ruf nahi munkar. Sedangkan kualifikasi pemimpin dalam pendidikan Islam sebagai berikut: tulus, selalu mengambil inisiatif, mampu menciptakan jaringan dan menggunakannya, dapat dipercaya, bekerja keras dan sungguh-sungguh, menguasai masalah dan dapat menyelesaikannya, memiliki integritas tinggi, memiliki nyali tinggi dan tidak takut risiko, jujur dan terbuka, siap berkorban, tegas, cerdas dalam melihat, mendengarkan, mengevaluasi, menilai, memutuskan, dan menyelesaikannya, mampu berkomunikasi, dan Baik dalam mu 'amalah.

Setiap lembaga atau organisasi tentu memiliki pemimpin yang menggerakan dan mengatur jalannya sebuah lembaga atau organisasi tersebut, tidak terkecuali pada lembaga pendidikan Madrasah/Madrasah/PT yang dipimpin oleh kepala Madrasah/Madrasah, ketua madrasah tinggi, Rektor universitas dan institut. Dalam konteks pendididkan agama Islam madrasah, kepala madrasah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin suatu madrasah dimana diselengggarakan proses belajar-mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid sebagai orang yang menrima pelajaran. Dengan demikian bahwa, dapat dikatakan keberhasilan dan kemajuan sebuah madrasah tidak terlepas dari bentuk usaha dan keterampilan kepala /madrasah dalam mengatur, mengelolah, menggerakan dan mendayagunakan potensi yang di milikinya guna mencapai tujuan yang dicapai oleh madrasah. Seorang kepala madrah adalah pemimpin pengajaran. Tugasnya adalah melaksanakan dan mengawasi aktivitas Madrasah/Madrasah dengan menyusun tujuan, memelihara disiplin dan mengawasi hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan begitu, kepala madrasah dapat memrankan diri sebagai fasilitator yang memudahkan berkembangnya kerjasama semua personil dan madrasah dan membantu anak mudah mengikuti pembelajaran di madrasah.

Karakteristik dan Syarat Kepemimpinan Pendidikan Islam

A. Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan Islam

Secara garis besar, setiap orang yang diangkat menjadi seorang pimpinan didasarkan atas beberapa kelebihan yang dimilikinya dari pada orang-orang yang dipimpin. Karena itu untuk menjadi pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat tertentu, yakni karakteristik atau sifat-sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. 

Menurut Mujamil Qomar, karakteristik dari seorang pemimpin dalam kepemimpinan pendidikan antara lain: 

a. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaga atau organisasinya.

b. Memfungsikan keistimewaannya yang lebih di banding orang lain.

c. Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya.

d. Mempunyai karisma atau wibawa dihadapan manusia atau orang lain.

Secara umum karakteristik pemimpin pendidikan menurut perspektif pendidikan Islam adalah sama dengan karakteristik yang dituntut dalam pendidikan pada umumnya, sebagai mana yang telah diuraikan terdahulu, maksudnya pendidikan Islam tidak menolak semua sifat atau karakteristik yang telah ditawarkan oleh para ahli pendidikan tersebut, karena apa yang ditawarkan tersebut semuanya sesuai dengan pendidikan Islam. Meskipun begitu dalam pendidikan Islam ada hal-hal yang sangat ditekankan mengenai karakteristik yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan Islam.

Islam memiliki kriteria khusus dalam memilih pemimpin yang baik, kriteria pemimpin yang baik menurut Agama Islam adalah sesuai dengan sifat dari Rasulullah yaitu: 

a) Shidq  yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam  bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya.

b) Amanah yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah SWT. 

c) Fathonah yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul.  

d) Tabligh yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). (Supriani et al., 2022)

Keempat karakter yang telah dijelaskan sebelumnya yang mencakup shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah merupakan hal yang wajib dimiliki oleh pemimpin pada madrasah atau lembaga pendidikan agar dalam pelaksanaan kepemimpinannya dan organisasi yang dipimpinnya dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Demikian seluruh perspektif pendidikan Islam tentang karakteristik kepemimpinan pendidikan yang baik menurut perspektif pendidikan Islam. Meskipun Islam atau pendidikan Islam dapat menerima segala sifat kepemimpinan pendidikan secara umum, namun pendidikan Islam lebih menekankan kepemimpinan pendidikan itu berdasarkan pada sumber pokok yakni al-Qur’an dan hadis, yang memiliki sifat-sifat yang terpuji.

B. Syarat dan Ciri-ciri Kepemimpinan Pendidikan

Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:

a. Kekuasaan, Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu;

b. Kewibawaan, Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya;

c. Kemampuan, Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa.

Sementara itu Stodgill yang dikutip oleh Isjoni menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:

a. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai;

b. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu;

c. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif;

d. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul;

e. Status, kedudukan sosial ekonomi cukup tinggi dan tenar.

M. Ansori Ardiansyah menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus memiliki tiga ciri, yaitu: 

a. Penglihatan Sosial, Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat sehari-hari;

b. Kecakapan Berfikir Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai yang cerdas, intelegensi yang tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi;

c. Keseimbangan Emosi, Orang yang mudah naik darah, membuat ribut menandakan emosinya belum mantap dan tidak memililki keseimbangan emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang pemimpin harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka seorang pemimpin harus mempunyai keseimbangan emosi.

C. Konsep Kepemimpinan dalam Islam

Istilah kepemimpinan dalam Islam ada beberapa bentuk, yaitu khilafah, imamah, imarah, wilayah, sultan, mulk dan ri’asah. Setiap istilah ini mengandung arti kepemimpinan secara umum. Namun istilah yang sering digunakan dalam konteks kepemimpinan pemerintahan dan kenegaraan, yaitu Khilafah, imamah dan imarah. Kata khilafah berasal dari kata khalafa-yakhlifu-khalfun yang berarti al-‘aud atau al-balad yakni mengganti, yang pada mulanya berarti belakang. Adapun pelakunya yaitu orang yang mengganti disebut khalifah dengan bentuk jamak khulafa’ yang berarti wakil, pengganti dan penguasa.

Kata khalifah sering diartikan sebagai pengganti, karena orang yang menggantikan datang sesudah orang yang digantikan dan ia menempati tempat dan kedudukan orang tersebut. Khalifah juga bisa berarti seseorang yang diberi wewenang untuk bertindak dan berbuat sesuai dengan ketentuan-ketentuan orang memberi wewenang. Arti menggantikan yang lain yang dikandung kata khalifah berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik orang yang digantikannya itu bersamanya atau tidak. Istilah ini di satu pihak, dipahami sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan kerajaan Islam di masa lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannya sama dengan kata sultan. Di lain pihak, cukup dikenal pula pengertiannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi yang mempunyai dua pengertian. Pertama, wakil Tuhan yang diwujudkan dalam jabatan sultan atau kepala negara. Kedua, fungsi manusia itu sendiri di muka bumi, sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

Menurut M. Dawam Rahardjo, istilah khalifah dalam al-Qur’an mempunyai tiga makna. Pertama, Adam yang merupakan simbol manusia sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa manusia berfungsi sebagai khalifah dalam kehidupan. Kedua, khalifah berarti pula generasi penerus atau generasi pengganti; fungsi khalifah diemban secara kolektif oleh suatu generasi. Ketiga, khalifah adalah kepala negara atau pemerintahan.28[24]

Kepemimpinan Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpin haruslah orang yang paling tahu tentang hukum Ilahi. Setelah para imam atau khalifah tiada, kepemimpinan harus dipegang oleh para faqih yang memenuhi syarat-syarat syariat. Bila tak seorang pun faqih yang memenuhi syarat, harus dibentuk ‘majelis fukaha’. Sebenarnya, setiap manusia adalah pemimpin, minimal pemimpin terhadap seluruh metafisik dirinya. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas segala kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam sabda Rasulullah Saw, yang maknanya sebagai berikut :

“Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya,”

Allah juga berfirman dalam al-Qur’an dalam surah an-Nisa’ ayat 59, yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ulul ‘amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat).” (Q.S. An-Nisa’ : 59)

Kemudian, dalam Islam seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki sekurang-kurangnya 4 (empat) sifat dalam menjalankan kepemimpinannya, yang dikenal dengan istilah “STAF”, yakni :

1. Siddiq (jujur) sehingga ia dapat dipercaya;

2. Tabligh (penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi;

3. Amanah (bertanggung jawab) dalam menjalankan tugasnya;

4. Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategi dan mengimplementasikannya.

Menurut Mochammad Teguh kepemimpinan mempunyai menjadi 3 kata kunci, yaitu:

a. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relation consept), artinya kepemimpinan hanya ada dalam relasi dengan orang lain, maka jika tidak ada pengikut atau bawahan, tak ada pemimpin;

b. Kepemimpinan merupakan suatu proses, artinya proses kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas atau posisi jabatan saja, karena dipandang tidak cukup memadai untuk membuat seseorang menjadi pemimpin, artinya seorang pemimpin harus melakukan sesuatu;

c. Kepemimpinan berarti mempengaruhi orang-orang lain untuk mengambil tindakan, artinya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukuman, restrukrisasi organisasi, dan mengkomunikasikan sebuah visi. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat dipandang efektif apabila dapat membujuk para pengikutnya untuk meninggalkan kepentingan pribadi mereka demi keberhasilan organisasi.

Efektivitas Kepemimpinan Manajemen dan Hubungan Kepemimpinan Pendidikan yang Baik

A. Efektivitas kepemimpinan Pendidikan

Efektivitas kepemimpinan pendidikan dipengaruhi banyak faktor. Efektifitas kepemimpinan pendidikan juga tidak lepas dari jalannya proses pembelajaran yang kondusif, lancar dan produktif. Pembelajaran yang mengarah pada peningkatan mutu lulusan merupakan faktor utama, selain itu juga pembelajaran yang berhasil akan membawa dampak positif terhadap perkembangan kemajuan pendidikan. Kemajuan pendidikan akan mengalami perkembangan pendidikan baik sarana-prasarana maupun mutu pendidikan. Selain peningkatan sarana pendidikan, efektivitas kepemimpinan haruslah melibatkan tim manajemen pendidikan di tingkat madrasah dalam kebijakan pendidikan. 

Selain di atas, efektivitas kepemimpinan menjadi ukuran bersama bagi semua personel pendidikan.Kepemimpinan tidak dapat lepas dari parameter semua personal pendidikan dalam menilai seberapa jauh efektivitas telah tercapai. Efektivitas kepemimpinan pendidikan lebih didasarkan pada efektivitas pembelajaran yang dilakukan madrasah. Faktor maju tidaknya madrasah lebih mendasarkan pada prestasi akademik maupun non akademik yang telah dicapai oleh madrasah. Efektivitas kepemimpinan juga mengarah pada peningkatan kesejahteraan serta bertambahnya aset yang dimiliki oleh madrasah. Optimalisasi pencapaian program pendidikan juga menjadi parameter yang penting. Optimalisasi pencapaian program mengindikasikan kinerja yang efektif.

Secara garis besar efektivitas kepemimpinan pendidikan dapat diukur apabila dapat mewujudkan berbagai hal tersebut di bawah ini: 

a. Kepemimpinan berorientasi pada personel pendidikan (guru, staf administrasi, dan siswa)

b. Komitmen pada personel pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan

c. Adanya perkembangan yang konstruktif dalam personel pendidikan

d. Kinerja personel pendidikan yang cukup tinggi

e. Kesiapan pendidikan dalam menghadapi tuntutan perubahan

f. Adanya kepuasan personel pendidikan terhadap kepemimpinan pemimpin pendidikan

g. Pengembangan SDM guru dan staf administrasi

h. Peningkatan kreativitas personel pendidikan

i. Pemberian perhatian yang tinggi terhadap para personel pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin dalam kepemimpinan, menurut H. Jodeph Reitz dalam (Nanang Fattah 1996), faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin dalam kepemimpinan meliputi:

a. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya. Sebagai contoh, jika ia pernah sukses dengan cara menghargai bawahan dalam pemenuhan kebutuhannya, cenderung akan menerapkan gaya kepemimpina yang berorientasi kepada bawahan/orang.

b. Pengharapan dan perilaku atasan, sebagai contoh atasan yang secara jelas memakai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung manajer menggunakan gaya itu.

c. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan, mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang mempunyai kemampuan tinggi biasanya akan kurang memerlukan pendekatan yang direktif dari pimpinan.

d. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga mempengaruhi gaya pemimpin, sebagai contoh bawahan yang bekerja pada bagian pengolahan data (litbang) menyukai pengarahan yang lebih berorientasi pada tugas.

e. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan. Sebagai contoh kebijakan dalam pemberian penghargaan, imbalan, dengan skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain (dana pensiun, bonus, cuti) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.

f. Harapan dan perilaku rekan, sebagai contoh manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi. Sikap mereka ada yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif, berlomba memperebutkan sumber daya, sehingga mempengaruhi perilaku rekannya.  

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan sosial dengan sikap hubungan manusiawi.

B. Sifat-sifat Kepemimpinan, Manajemen, Organisasi Lembaga Pendidikan Islam

Kepemimpinan, manajemen, dan organisasi pendidikan Islam merupakan satu kesatuan dalam anatomi pendidikan Islam. Selain itu, kepemimpinan pendidikan Islam menjadi arus utama dalam menjalankan roda pengelolaan dan pengorganisasian kependidikan Islam. Bahkan pemimpin dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berpikir,sikap, dan tingkah laku yang dipimpinnya. Artinya, dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala lembaga pendidikan Islam melakukan pengelolaan dan pembinaan lembaga pendidikan Islam melalui kegiatan administrasi, manajemen, dan kepemimpinan semua mengerucut pada satu arah. Oleh karena itu, pemimpin perlu memiliki sifat yang mendukung keberhasilan lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan anggotanya serta dalam pencapaian tujuan pendidikan Islam. Sifat-sifat tersebut seperti: ramah, responsif, periang, antusias, berani, mempunyai intelektual baik, percaya diri, menerima kritik dan saran dari orangorang yang dipimpinnya, serta bebas dari rasa takut. Sifat-sifat tersebut akan membentuk pemimpin sejati, yaitu:

a. Seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain sehingga dicintai.

b. Memiliki integritas yang kuat sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya dan selalu membimbing dan mengajari pengikutnya, serta memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten.

c. Kemudian hal yang terpenting adalah memimpin berlandaskan atas suara hati yang fitrah. 

Semua ini merupakan gambaran pemimpin yang memiliki kepribadian dan budi pekerti yang agung sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

C. Hubungan Kepemimpinan, Manajemen, dan Administrasi Pendidikan Islam

Tujuan manajemen adalah produktivitas dan kepuasan, sementara tujuan dari pendidikan Islam adalah menyiapkan manusia yang bertaqwa. Tujuan pendidikan Islam ini sesuai dengan tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi, yaitu agar manusia menyembah kepada-Nya. Dengan demikian tujuan dari manajemen pendidikan Islam adalah menciptakan produktivitas (efektivitas dan efisiensi) dalam proses menyiapkan manusia untuk menjadi insan yang bertaqwa. Pemimpin dalam ranah ini merupakan fungsi esensial dalam komunitas pendidikan Islam yang mau atau tidak dipengaruhi oleh seseorang, tetapi yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya dengan memberi warna dan corak nilai-nilai Islam. 

Pemimpin di lembaga pendidikan Islam tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga ekonomi dan politis yang turut mewarnai kehidupan dan gerak organisasi pendidikan Islam. Beberapa hal tersebut dapat dikemukakan dalam varian-varian implikatif-fungsionalistik kepemimpinan Islam:

a. Pemimpin pendidikan Islam sebagai suatu kepribadian seseorang yang mendatangkan keinginan pada komunitas internal maupun eksternal untuk mencontohnya atau mengikutinya apa yang dilakukannya dan yang dikehendakinya sebagai representasi dari perwujudan etik-normatif dari AlQuran dan hadis;

b. Pemimpin pendidikan Islam merupakan sarana atau suatu instrumen untuk membentuk dan memobilisasi sekelompok orang-orang untuk mau bekerja sama dan berdaya upaya menaati segala peraturan untuk mencapai tujuantujuan pendidikan Islam yang menjadi idealitas umat Muslim. 

Dari berbagai deskripsi yang sudah dijelaskan di atas dapat diambil suatu bentuk hubungan antara berbagai komponen di lembaga pendidikan Islam, yaitu kepemimpinan, manajemen, admistrasi pendidikan Islam sebagai berikut: 

a. Seorang pemimpin pendidikan Islam harus mampu untuk mempunyai kemampuan, dan mengerti arti dan fungsi manajemen pendidikan Islam. Artinya, kemampuan pemimpin dalam pola pengembangan dan cara manajemen, serta mengatur sumber daya materiil dan non-materiil yang akan dipimpin di lembaga pendidikan Islam menjadi hal yang subtantif. Oleh karena itu, kepemimpinannya tersebut tidak hanya sebagai simbol normatif yang berada di pucuk struktural paling atas, namun juga sebagai manajer pendidikan Islam yang handal.

b. Kepemimpinan pendidikan Islam yang baik manakala seorang pemimpin bisa menguasai sistem atau aturan administrasi yang rapi dan sehat. Yaitu, menguasai teknik dan cara melayani suatu kegiatan usaha untuk membantu, mengarahkan atau mengatur semua kegiatan dalam mencapai suatu tujuan pendidikan Islam. Oleh karena itu kepemimpinan dan administrasi pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya keran seorang pemimpin juga sebagai administrator. Sebaliknya, seorang administrator dalam pendidikan harus mampu menerapkan kepemimpinannya yang baik dan bijaksana.

c. Pemimpin pendidikan Islam juga sebagai seorang organisator pendidikan Islam, yaitu pemimpin yang bisa menguasai, menata, mengatur, dan mewadahi sistem atau jaringan yang satu dengan lainnya. Dengan organisasi pendidikan tersebut, seorang pemimpin dapat menerapkan sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerjasama dalam mencapai tujuan pendidikan Islam secara kaffah.

Kepemimpinan pendidikan Islam merupakan faktor kunci dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Konsep kepemimpinan pendidikan Islam harus dipahami dengan baik oleh para pemimpin pendidikan Islam, serta dilengkapi dengan ciri-ciri kepemimpinan yang efektif. Peran kepemimpinan pendidikan Islam dalam pengembangan pendidikan Islam di Indonesia sangat penting, karena dapat membangun institusi pendidikan Islam yang baik, meningkatkan kualitas pendidikan Islam, dan memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan.

Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam kepemimpinan pendidikan Islam di Indonesia, seperti perubahan sosial dan budaya yang berdampak pada pendidikan Islam, serta terbatasnya dukungan dan sumber daya untuk pendidikan Islam. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan beberapa strategi, seperti peningkatan kompetensi dan kualifikasi para pemimpin pendidikan Islam, meningkatkan kerjasama antar lembaga pendidikan Islam, dan memperkuat dukungan dan sumber daya untuk pendidikan Islam.

Dalam mengimplementasikan strategi-strategi tersebut, kepemimpinan pendidikan Islam perlu memperhatikan aspek-aspek yang mendukung, seperti membangun jaringan komunikasi yang baik, melaksanakan evaluasi secara teratur, dan menumbuhkan semangat kerja sama dalam rangka meningkatkan kualitas dan efektivitas kepemimpinan pendidikan Islam di Indonesia.

Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, diharapkan kepemimpinan pendidikan Islam dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan pendidikan Islam di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

A. Referensi Jurnal

Fahmi, F., & Iskandar, W. (2020). Tipologi Kepemimpinan Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Islam Di Madrasah. Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 10(1), 1–10. https://doi.org/10.35673/ajmpi.v10i1.852

Julia Sari, I. S. (2019). Hakekat, Dinamika Organisasi, Dan Fungsi Pemimpin Dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Jurnal Ilmiah Iqra’, 13(1), 26. https://doi.org/10.30984/jii.v13i1.934

Luthfita, I. Z. (2016). Kepemimpinan : Pengembangan Organisasi , Team Building Dan Perilaku Inovatif (Studi Kepemimpinan Kepala Madrasah Di MA Hasyim Asy’ari Jogoroto Jombang). Tafaqquh: Jurnal Penelitian Dan Kajian Keislaman, 4(1), 92–106.

Putra, J. A. (2014). Menengah Pertama Negeri Kota Pariaman. 2, 347–355.

Rohmat, R. (1970). Kepemimpinan Pendidikan. INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 11(1), 19–33. https://doi.org/10.24090/insania.v11i1.93

Supriani, Y., Tanjung, R., Mayasari, A., & Arifudin, O. (2022). Peran Manajemen Kepemimpinan dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i1.417

Takwil, M. (2020). Kepemimpinan Pendidikan Islam dalam Pemikiran Al-Ghazali. Al-Idaroh: Jurnal Studi Manajemen Pendidikan Islam, 4(2), 196–209. https://doi.org/10.54437/alidaroh.v4i2.175

Ushansyah, U. (2016). Kepemimpinan Lembaga Pendidikan Islam. Ittihad, 14(26), 54–60. https://doi.org/10.18592/ittihad.v14i26.872

B. Referensi Buku

Baharuddin & Umiarso. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media)

Danim, Sudarwan dan Khairil.  (2012). Profesi Kependidikan. (Bandung: Alapabeta)

Engkoswara. (2012). Administasi Pendidikan cet.3 (Bandung: Alfabeta)

Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya)

Hermino, Agustinus. (2014). Kepemimpinan Pendidikan di Era Globalisasi. (Jogyakarta: Pustaka Pelajar)

Jahari, Jaja & A. Rusdiana. (2020). Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung : Yayasan Darul Hikam)

Muhaimin. (2009). Manajemen Pendidikan.  (Jakarta: Predana Media Groub)

Mulyasa. (2007). Menjadi Kepala Madrasah Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya)

Praptono, Sri. (2016). “Kepemimpinan Dan Fungsi Integrasi” Jurnal Majalah Ilmiah Inspiratif

Purwanto, M. Ngalim. (2001). Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Cet. X; Bandung: Remaja  Karya)

Qomar, Mujamil. (2007). Manajemen Pendidikan Islam, (Malang: Erlangga)

Rahman, dkk. (2006). Peran Strategis Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. (Sumedang: Alqaprint)

Rohmat, (2010) Kepemimpinan Pendidikan Strategi Menuju Madrasah Efektif, Yogyakarta: Cahaya Ilmu)

Rusdiana, A. (2015). Pengelolaan Pendididkan. (Bandung: Pustaka Setia)

Stoner, James. A. F. (2006). “Manajemen”, Jilid 1, (Jakarta: Erlangga) 

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2015). Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta)

Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Madrasah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama